Sambutan Prof. Dr. Emil Salim, Bapak Lingkungan Hidup Indonesia

sustainablesuzy
Ultra Jaya
Teh Kotak
Campina

Prof. Dr. Emil Salim
Bapak Lingkungan Hidup Indonesia

Bapak ibu hadirin sekalian, bapak ibu yang hadir di sini adalah harapan bangsa masa depan. Nama lain Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup ini yaitu Eco Learning Camp Foundation. Kata kunci yayasan ini adalah “Eco” dan “Learning”. “Eco” itu adalah ekologi, lingkungan hidup, atau ekosistem. “Learning” itu adalah belajar. Eco Learning itu belajar ekologi atau belajar ekosistem. Eco Learning itu adalah kunci menghadapi masa depan.

Kalau kita perhatikan, kapasitas bumi itu hanya bisa mendukung kehidupan 4,7 milyar manusia. Tetapi sekarang pendidik bumi sudah 7 milyar. Maka yang diperlukan adalah satu setengah planet bumi. Tahun 2020 bumi akan memiliki 9 milyar manusia. Maka diperlukan dua planet bumi. Padahal tidak ada dua planet bumi. Lalu apa yang terjadi ? Bumi yang sekarang kita miliki akan over dieksploitasi untuk pembangunan karena kebutuhan adalah dua kali apa yang bisa bumi berikan. Kalau begitu maka akan babak belur anak cucu kita. Anak cucu kita tidak akan survive karena bumi sudah bakal mati.

Apa yang harus dilakukan ? Jawabnya adalah Eco Learning atau belajar dari alam ! Mengapa belajar dari alam ? Coba bayangkan tanah menjadi kurang. Bagaimana tumbuh-tumbuhan tanpa tanah? Singapura mengembangkan taman di atap-atap gedung. Ada tanaman dengan akar yang di-sprinkle dengan air. Tanaman tumbuh tanpa tanah. Namanya hidroponik.

Di Maumere ada satu pulau kecil di utara di mana air tawar kurang, tapi laut dan air laut banyak. Apa yang dilakukan masyarakat? Mereka membuat lubang besar yang namanya “embung” lalu ditutupi plastik dan disinari sinar matahari. Sinar matahari seolah-olah merebus air laut. Air menguap ke atas dan garam tertinggal. Air yang menguap ditangkap plastik menjadi air tawar. Air laut diubah menjadi air tawar dengan teknologi yang sangat sederhana.

Apabila ilmu berkembang dan mampu mengubah air laut menjadi air tawar, maka kita tidak perlu lagi kuatir. Tanah Gurun Sahara yang terbentang kosong bisa dihidupkan lagi kembali dengan air. Dua pertiga bumi adalah air laut. Mengapa kita kekurangan air tawar ? Kuncinya saudara sekalian adalah otak, akal, sains dan teknologi. Kuncinya adalah Eco Learning.

Karena itu gagasan membangun Tahura Djuanda itu sangat penting. Eco Learning itu belajar dari alam. Bagaimana alam itu terjadi ? Ketika terjadi tsunami di Aceh, mengapa banyak manusia yang mati, tetapi binatang atau hewan tidak. Ayam pun tidak. Kuncing pun tidak. Dari mana kucing tahu tsunami akan terjadi. Eco Learning ! Ada sesuatu di udara yang memberi tahu kepada hewan, tapi manusia tidak bisa menangkap sinyal-sinyal itu.

Jadi saudara-saudara Eco Learning itu perlu kita dukung karena itu memberi kesempatan belajar dari alam. Alam terkembang menjadi guru !

Apa Tahura Djuanda itu ? Ekosistem ! Apa ekosistem itu ? Ekosistem itu masa depan dari peri kehidupan. Jika 9 milyar manusia hidup dalam satu bumi, bagaimana bumi bisa menghidupi 9 milyar manusia tanpa menjadi rusak ? Berarti perlu sains dan teknologi yang bisa menaikkan produksi dan memperkaya manusia tanpa merusak dan tanpa mengeksploitasi sumber daya alam. Itu artinya value added, nilai tambah, enrichment itu is the key pembangunan masa depan.

Untuk itu kita perlu laboratorium. Laboratorium itu adalah hutan Tahura Djuanda. Laboratorium Tahura Djuanda itu nanti ada bambu misalnya. Bagaimana bambu itu bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk Jawa Barat ? Bagaimana air kotor menjadi bening ? Bagaimana tanah yang kering gersang itu bisa subur kembali ? Sains dan teknologi jawabannya. Otak akal pikiran jawabannya. Dan untuk itu perlu ada learning process. Untuk learning process ekologi itu perlu Eco Learning Process !

Maka Tahura Djuanda itu bukan sekedar taman. Kita harus mengembangkannya seperti Silicon Valley di Amerika. Steve Jobs yang melahirkan berbagai produk komputer seperti Ipad dan segala macam itu dilahirkan di Silicon Valley.

Cita-cita saya adalah Tahura Djuanda menjadi sentrum kreativitas dan cara kita hidup dari alam tanpa merusak alam itu. Jadi sudahlah dan biarlah ada meja-meja kosong itu ada di sini, namun saya senang melihat meja-meja yang ditempati bapak ibu yang hadir di sini karena itulah modal kita. Bapak ibu jika mampu terus mendukung Eco Learning Camp Djuanda itu maka kita menggoyangkan republik kita. Republik tidak bisa tenggelam. Republik tahun 2045 tetap berdiri karena Tahura Djuanda melahirkan Eco Learning, hidup belajar dari ekosistem, value added, nilai tambah, enrichment resource tanpa merusak alam.

Itu tugas anda sekalian. Itu tugas yayasan. Tidak hanya memupuk dana. Tetapi dana itu digunakan untuk masa depan rakyat kita. Sehingga alam Indonesia di katulistiwa, satu-satunya negara kepulauan di katulistiwa, the only archipelago di dunia ini. Katulistiwa itu di Latin Amerika melewati Brasil. Di Afrika melewati Tanzania. Kemudian kosong, kemudian melewati laut. Dan kepulauan di katulistiwa di laut hanya di Republik Indonesia ini. Karena itu alam kita kaya sekali. Karena tidak ada empat musim, hanya dua musim. Ada dua samudera yaitu Hindia dan Pasifik. Ada dua benua yaitu Asia dan Australia. Alam kita kaya sekali. Karena itu mereka yang bia mempergunakan alam menjadi kaya seperti Ibu Martha Tilaar yang menggunakan alam dengan wisdom, dengan otak dan akal, dengan ilmu dan sains. Mimpi saya adalah agar ada lebih banyak orang seperti Ibu Martha Tilaar.

Mimpi saya adalah agar ada bangsa Indonesia hidup dari alam tropis Indonesia ini, dengan sains dan teknologi, tidak merusak tapi memperkaya alam, sehingga hijau daun Indonesia itu tumbuh, dan pertumbuhannya itu memberikan welfare, kesejahteraan kepada rakyat bangsa kita.

Jadi sumbangan bapak dan ibu itu bukan sekedar sumbangan, melainkan untuk membangun masa depan Indonesia melalui Eco Learning Forest ini. Selamat bekerja, bung !

(disalin dari video rekaman oleh fsw)

Share it on :